Title
: Nightmare [Part 1]
Author : Nysa
Main Cast : Lee Jinki, Kang Yura, Choi Minho
Support Cast : Lee Taemin, Cho
Sora, Jung Nara, Shin Haneul, Prof.Choi
Length : Sequel
Genre : Mystery,
Horror, Thriller, Friendship
Rating : PG 15
Disclaimer :
Semua Tokoh dan karakter dicerita ini hanyalah imajinasi saya.
Ide dan isi cerita juga semuanya hanya
imajinasi saya, tidak ada unsur
Plagiat.
NIGHTMARE [Part 1]
Sebilah
pisau berlumuran darah teracung, seorang wanita tergeletak tak berdaya di lantai
dengan luka tusukan tepat di jantung nya. Bau anyir darah memenuhi ruangan itu.
Sebuah ruang keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan kini
berubah menjadi tempat pembunuhan. Semilir angin malam berhembus melewati
ventilasi dan celah-celah jendela menyibakkan gorden yang terpasang disana.
Sunyi, sepi dan tidak terdengar suara apapun.
Seorang
anak perempuan kecil yang sedari tadi berdiri disana berjalan mendekati mayat
wanita tersebut. Tanpa rasa takut sedikitpun gadis kecil itu menyentuh tangan
mayat wanita yang telah tergeletak tak berdaya di lantai.
“Ibu.”
Panggilnya kepada sosok yang telah terbujur di lantai itu.
“Ibu...
Ibu.. IBUUUUU!”
“IBUUUUUU!”
Yura tersentak dan terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal dan tubuhnya
bergetar ketakutan. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya, ia mencengkeram
selimutnya berusaha menghilangkan rasa takut yang menguasai dirinya.
“Kau
mimpi buruk lagi?” Tanya Sora teman sekamar Yura yang tidur berseberangan dengan
Yura.
Yura
menganggukkan kepalanya. Sudah sebulan Yura dan Sora tinggal di kamar yang sama
di asrama kampus dan selama sebulan juga setiap malamnya Yura akan terbangun
oleh mimpi yang sama. Sora yang setiap malam juga ikut terbangun karena
teriakan Yura pun tidak dapat berbuat apa-apa karena teman sekamarnya itu tidak
pernah menceritakan tentang mimpi yang selalu mengganggu tidurnya itu.
“Minumlah.”
Sora menyodorkan segelas air putih yang memang selalu ia siapkan di atas meja
kecil yang terletak di samping kasurnya.
Yura
menerima gelas berisi air putih pemberian Sora dan meminum airnya sampai habis.
Ia meletakkan gelas yang telah kosong itu ke meja kecil disamping tempat
tidurnya dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
“Tidurlah,
aku akan menemanimu sampai kau tertidur.” Ucap Sora tulus. Ia menarik selimut
Yura sampai ke leher dan menepuk-nepuk punggung Yura.
~~~ ~~~ ~~~
“Aku
sudah katakan kami tidak ada hubungan apa-apa.” Tegas seorang pemuda kepada
perempuan dihadapannya.
“Kau
selalu bilang begitu kepadaku, tapi kau masih sering bertemu dengannya.”
Sanggah gadis itu menolak alasan kekasihnya.
“Terserah
apa katamu. Aku sudah lelah dengan sifat keras kepalamu itu. Aku ingin hubungan
kita sampai di sini saja. Jangan temui aku lagi Nara.” Ucap pemuda itu dengan
yakin lalu ia berjalan meninggalkan kekasihnya yang baru saja berganti status
menjadi “mantan kekasih”.
“YA!
CHOI MINHO!” Panggil gadis bernama Nara itu sembari berlari menyusul pemuda
yang telah berjalan mendahuluinya. Nara meraih lengan Minho berharap pemuda itu
menghentikan langkahnya. Namun Minho telah yakin dengan keputusannya sehingga
ia tidak akan berfikir dua kali untuk hal ini. Minho melepaskan tangan Nara
yang bergelayut dilengannya dan berjalan begitu saja meninggalkan Nara yang
masih shock dengan keputusan sepihak dari Minho.
“KALAU
AKU TIDAK BISA MENDAPATKANMU MAKA HANEUL PUN TIDAK AKAN BISA MENDAPATKANMU! AKU
PASTIKAN ITU!” Teriak Nara penuh emosi. Namun Minho tidak mempedulikannya sama
sekali dan hal itu cukup membuat Nara semakin emosi. Nara mengambil ponsel dari
dalam tas tangannya, ia mengetikkan pesan yang berisi hujatan kepada Haneul teman seangkatannya yang
dianggap telah berselingkuh dengan Minho.
“Awas
kau Haneul.” Umpatnya kemudian.
~~~ ~~~ ~~~
Pagi
itu Kampus dan Asrama Konkuk University gempar karena seorang petugas
kebersihan menemukan mayat di lab yang biasa digunakan untuk praktek membedah
mayat. Mayat yang diduga adalah salah satu mahasiswi di kampus tersebut
ditemukan dalam keadaan yang kurang wajar karena terdapat bekas jahitan pada
dadanya.
Petugas
dari kepolisian sedang memeriksa TKP dan seluruh TKP telah dipasang Police
Line. Untuk sementara polisi menduga waktu kematian korban diantara jam sepuluh
sampai jam dua belas malam karena melihat kondisi mayat yang telah dingin dan
kaku. Mengingat ketatnya sistem keamanan
di Konkuk University dan terlebih lagi kejadian pembunuhan itu terjadi di dalam
ruangan maka polisi mencurigai bahwa pelakunya adalah orang dalam entah itu
Dosen, Pegawai bahkan Mahasiswa sekalipun bisa saja menjadi tersangka kasus
pembunuhan tersebut.
“Ayah,
siapa yang terbunuh?” Tanya Minho kepada ayahnya Prof.Choi.
Sedikit
cerita, Minho adalah putera tunggal dari Professor Choi−Dosen di Konkuk
University. Mekipun demikian, Minho masuk Konkuk University bukan karena
mengandalkan Ayahnya yang notabene Dosen di Universitas tersebut melainkan
karena usahanya sendiri. Dan di Konkuk sendiri tidak banyak yang tau kalau
Minho adalah anak dari Pofessor Choi.
“Shin
Haneul, Mahasiswi jurusan ilmu kedokteran semester 4.” Jawab Prof.Choi.
“Shin
Haneul?” Minho mengulang nama korban pembunuhan itu. Prof.Choi mengangguk membenarkan.
Tubuh Minho melemas, ia masih belum yakin
hal seperti itu bisa menimpa Haneul. Selama ini yang Minho tau Haneul adalah
gadis yang baik, ia tidak pernah terlibat permusuhan dengan siapapun. Kalaupun
ada yang tidak menyukainya paling hanya Nara mantan kekasihnya yang menganggap
Haneul telah berselingkuh dengan Minho. Tapi tidak mungkin Nara akan membunuh
Haneul hanya karena masalah tersebut.
“SUDAH
KUBILANG AKU TIDAK MEMBUNUHNYA!” Teriak seorang gadis yang sedang digiring oleh
petugas kepolisian.
Minho
membelalakkan matanya melihat Nara dibawa oleh petugas kepolisian. Gadis itu
terus berteriak dan memberontak minta dilepaskan karena tidak terima dengan
tuduhan yang diberikan kepadanya. Salah satu petugas kepolisian menghampiri
Prof.Choi dan menjelaskan bahwa Nara adalah satu-satunya orang yang tidak
memiliki alibi pada jam perkiraan kematian korban.
“SEMALAM
AKU BERTEMU MINHO!” Teriak Nara lagi. Seketika itu pandangan Prof.Choi beralih
kepada anak lelakinya.
“Ya,
aku bertemu dengannya sekitar jam sebelas malam. Tapi setelah itu kami berpisah
dan aku bertemu dengan Professor Choi di perpustakaan.” Ucap Minho menjelaskan.
“Kalau
begitu kami akan memeriksa nya terlebih dahulu. Permisi.” Pamit petugas
kepolisian tersebut. Nara memandang Minho dengan tatapan yang sulit diartikan,
sedangkan Minho menatap kepergian Nara dengan iba. Diam-diam dalam hatinya ia
merasa bersalah dan berjanji tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Nara
terbukti membunuh Haneul.
~~~
~~~ ~~~
Yura sedang membereskan buku-buku
pelajarannya ketika tiba-tiba kepalanya berdenyut sehingga membuat ia berhenti
melakukan aktifitasnya tersebut. Pandangannya mulai mengabur dan indera
pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia merasa suara-suara
disekitarnya terdengar semakin lama semakin menjauh dan kornea matanya hanya
dapat menangkap bayangan orang-orang yang berada disekitarnya. Tiba-tiba ia
merasa kepalanya benar-benar berat sehingga ia tidak sanggup lagi untuk
berdiri. Tubuhnya oleng dan ia hampir terjatuh kalau saja tidak ada seseorang
yang menahan tubuhnya.
“Apa kau baik-baik saja?” Tanya
orang yang menolong Yura.
Yura mengerjapkan matanya untuk
memperjelas pandangannya yang mulai mengabur. Ia berusaha berdiri dan melihat
kearah orang yang telah menolongnya tadi.
“Aku.. baik-baik saja.” Jawab Yura
kemudian. “Terima kasih Jinki.” Ucapnya lagi.
Pemuda bernama Jinki itu mengangguk
dan tersenyum kepada Yura. Ia membantu Yura merapikan buku-bukunya. Awalnya
Yura mencegah Jinki melakukan itu namun Jinki tetap bersikeras untuk melakukannya. Akhirnya Yura hanya dapat
pasrah membiarkan Jinki merapikan buku-buku pelajarannya tersebut.
“Apa kau sudah dengar tentang kasus
pembunuhan itu?” Tanya Jinki kepada Yura ketika mereka sedang berjalan bersama
menuju perpustakaan.
Yura mengangguk. “Kudengar Nara
menjadi tersangkanya. Tapi aku yakin itu bukan perbuatan Nara, karena menurut
petugas forensik ada bekas jahitan pada dada korban. Bukankah kita baru belajar
membedah? Tidak mungkin Nara sudah mahir membedah dan menjahit mayat dengan
rapi seperti itu.” Yura menyuarakan pendapatnya.
“Bagaimana kau bisa tahu kalau
mayatnya dibedah lalu dijahit dengan rapi?” Tanya Jinki penasaran.
“It..itu... aku... tahu dari petugas
forensik.” Jawab Yura gugup. “Aku baru ingat ada janji dengan Sora, kalau
begitu aku pergi dulu.” Pamit Yura kepada Jinki.
“Tapi Yura−“ Jinki tidak melanjutkan
kalimatnya karena Yura telah melesat begitu saja dari hadapannya.
Jinki membalikkan badannya memutar
arah menuju asrama. Tujuan ia ke perpustakaan adalah untuk berbincang dengan
Yura, tapi karena gadis itu telah pergi maka Jinki sudah tidak berminat lagi
untuk mengunjungi perpustakaan.
“PEMBUNUHAN! AKU MAU PERGI DARI
SINI! AKU TIDAK MAU MATI!” Jinki mempercepat langkahnya begitu mendengar
teriakan dari arah kamarnya. Ia melihat kerumunan orang telah berdiri didepan
pintu kamarnya. Jinki menyeruak kerumunan tersebut untuk mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi.
“AKU MAU PERGI!” Teriak seorang
pemuda bertubuh ramping sembari membawa tas yang mungkin telah diisi dengan
baju-bajunya.
“Taemin?” Buru-buru Jinki
menghampiri pemuda bernama Taemin itu.
“Apa kau teman sekamarnya?” Tanya
salah satu petugas yang sedang menahan tangan Taemin agar pemuda itu tidak
kabur.
“Ia, saya Lee Jinki teman sekamarnya
Lee Taemin.” Jinki memperkenalkan diri.
“Temanmu ini, sepertinya dia shock
karena melihat kejadian pembunuhan tadi malam. Kami harap anda bisa membantu
kami untuk meyakinkannya kalau ia akan aman. Karena bagaimanapun juga ia adalah
saksi kunci untuk kasus pembunuhan semalam, bisa saja pelaku nya mengincar
teman anda karena takut identitasnya akan terbongkar.” Jelas petugas kepolisian
tersebut panjang lebar.
Jinki memandang kearah Taemin yang sedang meringkuk
ketakutan seraya menggigiti kuku-kukunya. “Baiklah, saya akan membantu.” Jawab
Jinki kemudian.
Akhirnya setelah dibujuk oleh Jinki,
Taemin pun dibawa keruang kesehatan untuk dirawat sementara waktu karena
kondisi mentalnya yang sedang terguncang.
~~~
~~~ ~~~
Yura berjalan memasuki sebuah ruangan bercat
putih. Sebuah ruangan yang tidak begitu luas, didalamnya hanya terdapat sebuah
ranjang dengan sprei berwarna putih dengan meja kecil berwarna senada
bertengger disamping ranjang tersebut.
Krieeet
Terdengar suara pintu yang mengarah
ke balkon kamar terbuka karena hembusan angin. Yura berjalan menuju pintu
tersebut, ia melihat kearah balkon dan tampak
seorang pemuda sedang berdiri disana.
“Taemin, kau kah itu?” Tanya Yura
hati-hati kepada pemuda yang berdiri di balkon kamar tersebut.
Hening, tak ada sahutan dari bibir
lelaki tersebut. Yura berjalan mendekati Taemin dan dilihatnya Taemin seperti sedang
ketakutan lalu tiba-tiba saja pemuda itu melompat dari balkon.
“TAEMIIIIIIIIIIIIIIIN!”
Pekik Yura.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Sora
kepada Yura yang terlihat ketakutan. Sepertinya gadis itu mendapat mimpi buruk
lagi. Yura yang menyadari bahwa yang dialaminya adalah mimpi hanya dapat
mengangguk lemah karena kejadian itu terasa begitu nyata olehnya.
“So~” Yura memeluk Sora dan Sora pun
membalas pelukannya. “Hiks.. hiks..” Yura terisak dalam pelukan Sora. Gadis itu
sedang melepaskan beban yang selama ini ia tanggung. Sora tidak tahu mimpi apa yang
selama ini dialami Yura tapi ia yakin mimpi itu pastilah mimpi yang amat
menyeramkan sehingga membuat Yura selalu terbangun tengah malam sambil
berteriak ketakutan.
“Emmm Yura, apakah kali ini kau
bermimpi sesuatu yang berbeda?” Sora memberanikan diri untuk bertanya ketika
dirasanya perasaan Yura sudah stabil.
Yura tidak menjawab, ia hanya
menatap Sora dengan tatapan heran karena gadis itu menebak dengan benar tentang
mimpinya yang berbeda dari biasanya. Yura menarik nafas panjang mencoba
merileks kan dirinya. Ia akan menceritakan mimpi yang dialaminya selama ini
kepada Sora.
“Selama ini, aku selalu bermimpi
tentang kematian ibuku. Aku melihat ibuku dibunuh tapi aku tidak bisa mengingat
siapa pembunuhnya. Tapi dua hari ini aku mengalami mimpi yang berbeda. Tidak
tidak, aku masih bermimpi tentang kematian ibuku tapi setelahnya aku bermimpi
sesuatu yang lain.” Jelas Yura panjang lebar.
Sora hanya diam mendengarkan
penjelasan dari Yura. Ia mencoba memahami maksud dari penjelasan Yura. “Lalu,
mimpi seperti apa yang lainnya itu?” Sora meminta penjelasan lebih dari Yura.
“Kemarin malam, aku bermimpi melihat
pembunuhan Haneul.” Bisik Yura pelan namun masih dapat didengar oleh Sora.
“Benarkah? Seperti apa pembunuhan
Haneul dimimpi mu itu?” Sora terlihat antusias dengan mimpi yang dialami
sahabatnya itu.
“Aku melihat ia dipukul dengan balok
kayu.” Yura mulai bercerita dengan tatapan mata yang menerawang ke
langit-langit kamar seolah kembali membayangkan mimpi yang pernah dialaminya
itu. “Seseorang membaringkan tubuh Haneul keatas ranjang dan orang itu membedah
dada Haneul. Setelah itu ia mengambil beberapa organ tubuhnya dan menjahitnya.
Ia sangat cekatan dan terampil dalam membedah bahkan menjahit dengan rapi.”
Sora bergidik ngeri mendegar
penjelasan Yura. Bukan karena kesadisan ceitanya tapi Sora merinding karena
mimpi Yura sangat tepat dengan kejadian yang sebenarnya. Mulai dari dipukulnya
Haneul dengan balok kayu, tubuh Haneul yang dijahit dan hilangnya sebagian
organ tubuhnya. Setidaknya itu informasi yang ia dapat tentang kematian Haneul
dan semuanya sama persis dengan mimpi Yura.
TAP TAP TAP
Terdengar suara derap langkah
beberapa orang diluar kamar. Yura dan Sora saling berpandangan mendengar
kegaduhan yang berasal dari luar kamar mereka. Sora berjalan menuju pintu dan
mengintip dari celah-celah pintu. Dilihatnya teman-teman yang tinggal dikamar
satu blok dengan mereka berlarian menuju ke lantai bawah. Sora yang penasaran
segera membuka pintu kamarnya.
“Apa terjadi sesuatu?” Sora mencegah
salah satu gadis yang kebetulan melintas didepan kamarnya.
“Entahlah, sepertinya ada korban
lagi.” Jawab gadis itu lalu pergi menyusul teman-temannya.
Yura dan Sora membelalakkan matanya
tak percaya begitu mereka melihat sosok Lee Taemin tergeletak tak bernyawa di depan
gedung kesehatan. Diduga Taemin jatuh dari balkon yang terletak di lantai tujuh
yang menjadi kamar rawatnya.
Sora menoleh kearah Yura begitu ia
merasakan cengkeraman tangan gadis itu. tubuh Yura bergetar hebat, sepertinya
ia ketakutan melihat mayat Taemin. Tapi sebenarnya bukan mayat Taemin yang
membuatnya ketakutan setengah mati, melainkan karena mimpinya yang benar-benar
menjadi kenyataan untuk yang kedua kalinya.
“Yura!” Panggil Sora ketika
dilihatnya Yura telah berlari meninggalkannya.
~~~
~~~ ~~~
Jinki sedang merapikan barang-barang
Taemin. Barang Taemin tidak begitu banyak, namun butuh waktu lama bagi Jinki
untuk merapikannya karena setiap ia menyentuh barang milik Taemin maka ia akan
terkenang dengan teman sekamarnya itu. jinki memasukkan buku-buku Taemin
kedalam kardus ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah buku harian
berwarna kuning terselip diantara buku-buku pelajaran Taemin.
Jinki membuka buku harian tersebut,
didalamnya tidak ada sesuatu yang penting. Hanya kisah Taemin tentang teman dan
Dosennya dikampus. Jinki membuka halaman demi halaman, ia tidak benar-benar
membacanya kecuali ia melihat sesuatu yang menarik disana. Jinki berhenti pada
sebuah halaman yang tepatnya adalah halaman terakhir yang diisi oleh Taemin.
Kemungkinan ia mengisinya beberapa hari yang lalu sebelum kematiannya.
Dia
Iblis!!
Iblis
berwajah malaikat.
Jinki mengerutkan keningnya membaca
sepenggal tulisan Taemin dalam buku hariannya. Dua baris tulisan yang membuat
Jinki penasaran. Namun Jinki tidak terlalu memikirkannya, ia membaca lanjutan
dari tulisan Taemin.
Aku
ingin pergi dari sini!!
Sungguh
aku ingin hidup dengan tenang.
Jinki tersenyum miris membaca
kalimat terakhir Taemin. Taemin ingin pergi dan hidup dengan tenang. Kini
pemuda itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Pergi dan hidup dengan tenang.
Tapi Jinki tidak yakin Taemin akan tenang disana jika pelaku pembunuhan itu
masih hidup dan berkeliaran. Karena bagaimanapun juga Jinki yakin kalau
kematian Taemin berhubungan dengan kematian Haneul. Paling tidak pembunuhnya
pastilah orang yang sama meski polisi telah menyatakan kalau Taemin tewas
karena bunuh diri.
Jinki duduk diruangan Rektor. Ia
telah menyampaikan permintaannya terkait dengan kasus yang terjadi di asrama
dan kampus. Ia meminta Rektor untuk menyelidiki penyebab kematian Taemin. Dan
ia juga meminta agar polisi tetap mencari tau siapa pelaku sebenarnya karena
ternyata Nara terbukti tidak bersalah atas kematian Haneul.
“Baiklah, aku akan meminta Prof.Choi
untuk meneruskannya ke pihak kepolisian karena aku akan mengurus media yang
terus mendesak meminta penjelasan.” Ujar pria dihadapan Jinki yang menjabat
sebagai Rektor di Konkuk University.
TBC
No comments:
Post a Comment