Wednesday, December 26, 2012

FF SHINee : Nightmare [Part 1]




Title                : Nightmare  [Part 1]
Author             : Nysa
Main Cast        :  Lee Jinki, Kang Yura, Choi Minho
Support Cast   : Lee Taemin, Cho Sora, Jung Nara, Shin Haneul, Prof.Choi
Length             : Sequel
Genre              : Mystery, Horror, Thriller, Friendship
Rating             : PG 15
Disclaimer       : Semua Tokoh dan karakter dicerita ini hanyalah imajinasi saya.
                          Ide dan isi cerita juga semuanya hanya imajinasi saya, tidak ada unsur
                          Plagiat.


NIGHTMARE [Part 1]

                Sebilah pisau berlumuran darah teracung, seorang wanita tergeletak tak berdaya di lantai dengan luka tusukan tepat di jantung nya. Bau anyir darah memenuhi ruangan itu. Sebuah ruang keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan kini berubah menjadi tempat pembunuhan. Semilir angin malam berhembus melewati ventilasi dan celah-celah jendela menyibakkan gorden yang terpasang disana. Sunyi, sepi dan tidak terdengar suara apapun.
            Seorang anak perempuan kecil yang sedari tadi berdiri disana berjalan mendekati mayat wanita tersebut. Tanpa rasa takut sedikitpun gadis kecil itu menyentuh tangan mayat wanita yang telah tergeletak tak berdaya di lantai.
            “Ibu.” Panggilnya kepada sosok yang telah terbujur di lantai itu.
            “Ibu... Ibu.. IBUUUUU!”
            “IBUUUUUU!” Yura tersentak dan terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal dan tubuhnya bergetar ketakutan. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya, ia mencengkeram selimutnya berusaha menghilangkan rasa takut yang menguasai dirinya.
            “Kau mimpi buruk lagi?” Tanya Sora teman sekamar Yura yang tidur berseberangan dengan Yura.
            Yura menganggukkan kepalanya. Sudah sebulan Yura dan Sora tinggal di kamar yang sama di asrama kampus dan selama sebulan juga setiap malamnya Yura akan terbangun oleh mimpi yang sama. Sora yang setiap malam juga ikut terbangun karena teriakan Yura pun tidak dapat berbuat apa-apa karena teman sekamarnya itu tidak pernah menceritakan tentang mimpi yang selalu mengganggu tidurnya itu.
            “Minumlah.” Sora menyodorkan segelas air putih yang memang selalu ia siapkan di atas meja kecil yang terletak di samping kasurnya.
            Yura menerima gelas berisi air putih pemberian Sora dan meminum airnya sampai habis. Ia meletakkan gelas yang telah kosong itu ke meja kecil disamping tempat tidurnya dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
            “Tidurlah, aku akan menemanimu sampai kau tertidur.” Ucap Sora tulus. Ia menarik selimut Yura sampai ke leher dan menepuk-nepuk punggung Yura.

~~~ ~~~ ~~~

            “Aku sudah katakan kami tidak ada hubungan apa-apa.” Tegas seorang pemuda kepada perempuan dihadapannya.
            “Kau selalu bilang begitu kepadaku, tapi kau masih sering bertemu dengannya.” Sanggah gadis itu menolak alasan kekasihnya.
            “Terserah apa katamu. Aku sudah lelah dengan sifat keras kepalamu itu. Aku ingin hubungan kita sampai di sini saja. Jangan temui aku lagi Nara.” Ucap pemuda itu dengan yakin lalu ia berjalan meninggalkan kekasihnya yang baru saja berganti status menjadi “mantan kekasih”.
            “YA! CHOI MINHO!” Panggil gadis bernama Nara itu sembari berlari menyusul pemuda yang telah berjalan mendahuluinya. Nara meraih lengan Minho berharap pemuda itu menghentikan langkahnya. Namun Minho telah yakin dengan keputusannya sehingga ia tidak akan berfikir dua kali untuk hal ini. Minho melepaskan tangan Nara yang bergelayut dilengannya dan berjalan begitu saja meninggalkan Nara yang masih shock dengan keputusan sepihak dari Minho.
            “KALAU AKU TIDAK BISA MENDAPATKANMU MAKA HANEUL PUN TIDAK AKAN BISA MENDAPATKANMU! AKU PASTIKAN ITU!” Teriak Nara penuh emosi. Namun Minho tidak mempedulikannya sama sekali dan hal itu cukup membuat Nara semakin emosi. Nara mengambil ponsel dari dalam tas tangannya, ia mengetikkan pesan yang berisi hujatan  kepada Haneul teman seangkatannya yang dianggap telah berselingkuh dengan Minho.
            “Awas kau Haneul.” Umpatnya kemudian.

~~~ ~~~ ~~~

            Pagi itu Kampus dan Asrama Konkuk University gempar karena seorang petugas kebersihan menemukan mayat di lab yang biasa digunakan untuk praktek membedah mayat. Mayat yang diduga adalah salah satu mahasiswi di kampus tersebut ditemukan dalam keadaan yang kurang wajar karena terdapat bekas jahitan pada dadanya.
            Petugas dari kepolisian sedang memeriksa TKP dan seluruh TKP telah dipasang Police Line. Untuk sementara polisi menduga waktu kematian korban diantara jam sepuluh sampai jam dua belas malam karena melihat kondisi mayat yang telah dingin dan kaku.  Mengingat ketatnya sistem keamanan di Konkuk University dan terlebih lagi kejadian pembunuhan itu terjadi di dalam ruangan maka polisi mencurigai bahwa pelakunya adalah orang dalam entah itu Dosen, Pegawai bahkan Mahasiswa sekalipun bisa saja menjadi tersangka kasus pembunuhan tersebut.
            “Ayah, siapa yang terbunuh?” Tanya Minho kepada ayahnya Prof.Choi.
            Sedikit cerita, Minho adalah putera tunggal dari Professor Choi−Dosen di Konkuk University. Mekipun demikian, Minho masuk Konkuk University bukan karena mengandalkan Ayahnya yang notabene Dosen di Universitas tersebut melainkan karena usahanya sendiri. Dan di Konkuk sendiri tidak banyak yang tau kalau Minho adalah anak dari Pofessor Choi.
            “Shin Haneul, Mahasiswi jurusan ilmu kedokteran semester 4.” Jawab Prof.Choi.
            “Shin Haneul?” Minho mengulang nama korban pembunuhan itu. Prof.Choi mengangguk membenarkan. Tubuh Minho melemas, ia masih belum yakin  hal seperti itu bisa menimpa Haneul. Selama ini yang Minho tau Haneul adalah gadis yang baik, ia tidak pernah terlibat permusuhan dengan siapapun. Kalaupun ada yang tidak menyukainya paling hanya Nara mantan kekasihnya yang menganggap Haneul telah berselingkuh dengan Minho. Tapi tidak mungkin Nara akan membunuh Haneul hanya karena masalah tersebut.
            “SUDAH KUBILANG AKU TIDAK MEMBUNUHNYA!” Teriak seorang gadis yang sedang digiring oleh petugas kepolisian.
            Minho membelalakkan matanya melihat Nara dibawa oleh petugas kepolisian. Gadis itu terus berteriak dan memberontak minta dilepaskan karena tidak terima dengan tuduhan yang diberikan kepadanya. Salah satu petugas kepolisian menghampiri Prof.Choi dan menjelaskan bahwa Nara adalah satu-satunya orang yang tidak memiliki alibi pada jam perkiraan kematian korban.
            “SEMALAM AKU BERTEMU MINHO!” Teriak Nara lagi. Seketika itu pandangan Prof.Choi beralih kepada anak lelakinya.
            “Ya, aku bertemu dengannya sekitar jam sebelas malam. Tapi setelah itu kami berpisah dan aku bertemu dengan Professor Choi di perpustakaan.” Ucap Minho menjelaskan.
            “Kalau begitu kami akan memeriksa nya terlebih dahulu. Permisi.” Pamit petugas kepolisian tersebut. Nara memandang Minho dengan tatapan yang sulit diartikan, sedangkan Minho menatap kepergian Nara dengan iba. Diam-diam dalam hatinya ia merasa bersalah dan berjanji tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Nara terbukti membunuh Haneul.
           
~~~ ~~~ ~~~

            Yura sedang membereskan buku-buku pelajarannya ketika tiba-tiba kepalanya berdenyut sehingga membuat ia berhenti melakukan aktifitasnya tersebut. Pandangannya mulai mengabur dan indera pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia merasa suara-suara disekitarnya terdengar semakin lama semakin menjauh dan kornea matanya hanya dapat menangkap bayangan orang-orang yang berada disekitarnya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya benar-benar berat sehingga ia tidak sanggup lagi untuk berdiri. Tubuhnya oleng dan ia hampir terjatuh kalau saja tidak ada seseorang yang menahan tubuhnya.
            “Apa kau baik-baik saja?” Tanya orang yang menolong Yura.
            Yura mengerjapkan matanya untuk memperjelas pandangannya yang mulai mengabur. Ia berusaha berdiri dan melihat kearah orang yang telah menolongnya tadi.
            “Aku.. baik-baik saja.” Jawab Yura kemudian. “Terima kasih Jinki.” Ucapnya lagi.
            Pemuda bernama Jinki itu mengangguk dan tersenyum kepada Yura. Ia membantu Yura merapikan buku-bukunya. Awalnya Yura mencegah Jinki melakukan itu namun Jinki tetap bersikeras untuk  melakukannya. Akhirnya Yura hanya dapat pasrah membiarkan Jinki merapikan buku-buku pelajarannya tersebut.
            “Apa kau sudah dengar tentang kasus pembunuhan itu?” Tanya Jinki kepada Yura ketika mereka sedang berjalan bersama menuju perpustakaan.
            Yura mengangguk. “Kudengar Nara menjadi tersangkanya. Tapi aku yakin itu bukan perbuatan Nara, karena menurut petugas forensik ada bekas jahitan pada dada korban. Bukankah kita baru belajar membedah? Tidak mungkin Nara sudah mahir membedah dan menjahit mayat dengan rapi seperti itu.” Yura menyuarakan pendapatnya.
            “Bagaimana kau bisa tahu kalau mayatnya dibedah lalu dijahit dengan rapi?” Tanya Jinki penasaran.
            “It..itu... aku... tahu dari petugas forensik.” Jawab Yura gugup. “Aku baru ingat ada janji dengan Sora, kalau begitu aku pergi dulu.” Pamit Yura kepada Jinki.
            “Tapi Yura−“ Jinki tidak melanjutkan kalimatnya karena Yura telah melesat begitu saja dari hadapannya.
            Jinki membalikkan badannya memutar arah menuju asrama. Tujuan ia ke perpustakaan adalah untuk berbincang dengan Yura, tapi karena gadis itu telah pergi maka Jinki sudah tidak berminat lagi untuk mengunjungi perpustakaan.
            “PEMBUNUHAN! AKU MAU PERGI DARI SINI! AKU TIDAK MAU MATI!” Jinki mempercepat langkahnya begitu mendengar teriakan dari arah kamarnya. Ia melihat kerumunan orang telah berdiri didepan pintu kamarnya. Jinki menyeruak kerumunan tersebut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
            “AKU MAU PERGI!” Teriak seorang pemuda bertubuh ramping sembari membawa tas yang mungkin telah diisi dengan baju-bajunya.
            “Taemin?” Buru-buru Jinki menghampiri pemuda bernama Taemin itu.
            “Apa kau teman sekamarnya?” Tanya salah satu petugas yang sedang menahan tangan Taemin agar pemuda itu tidak kabur.
            “Ia, saya Lee Jinki teman sekamarnya Lee Taemin.” Jinki memperkenalkan diri.
            “Temanmu ini, sepertinya dia shock karena melihat kejadian pembunuhan tadi malam. Kami harap anda bisa membantu kami untuk meyakinkannya kalau ia akan aman. Karena bagaimanapun juga ia adalah saksi kunci untuk kasus pembunuhan semalam, bisa saja pelaku nya mengincar teman anda karena takut identitasnya akan terbongkar.” Jelas petugas kepolisian tersebut panjang lebar.
            Jinki  memandang kearah Taemin yang sedang meringkuk ketakutan seraya menggigiti kuku-kukunya. “Baiklah, saya akan membantu.” Jawab Jinki kemudian.
            Akhirnya setelah dibujuk oleh Jinki, Taemin pun dibawa keruang kesehatan untuk dirawat sementara waktu karena kondisi mentalnya yang sedang terguncang.

~~~ ~~~ ~~~

            Yura berjalan memasuki sebuah ruangan bercat putih. Sebuah ruangan yang tidak begitu luas, didalamnya hanya terdapat sebuah ranjang dengan sprei berwarna putih dengan meja kecil berwarna senada bertengger disamping ranjang tersebut.
            Krieeet
            Terdengar suara pintu yang mengarah ke balkon kamar terbuka karena hembusan angin. Yura berjalan menuju pintu tersebut, ia melihat kearah balkon dan tampak  seorang pemuda sedang berdiri disana.
            “Taemin, kau kah itu?” Tanya Yura hati-hati kepada pemuda yang berdiri di balkon kamar tersebut.
            Hening, tak ada sahutan dari bibir lelaki tersebut. Yura berjalan mendekati Taemin dan dilihatnya Taemin seperti sedang ketakutan lalu tiba-tiba saja pemuda itu melompat dari balkon.
            “TAEMIIIIIIIIIIIIIIIN!” Pekik Yura.
            “Kau baik-baik saja?” Tanya Sora kepada Yura yang terlihat ketakutan. Sepertinya gadis itu mendapat mimpi buruk lagi. Yura yang menyadari bahwa yang dialaminya adalah mimpi hanya dapat mengangguk lemah karena kejadian itu terasa begitu nyata olehnya.
            “So~” Yura memeluk Sora dan Sora pun membalas pelukannya. “Hiks.. hiks..” Yura terisak dalam pelukan Sora. Gadis itu sedang melepaskan beban yang selama ini ia tanggung. Sora tidak tahu mimpi apa yang selama ini dialami Yura tapi ia yakin mimpi itu pastilah mimpi yang amat menyeramkan sehingga membuat Yura selalu terbangun tengah malam sambil berteriak ketakutan.
            “Emmm Yura, apakah kali ini kau bermimpi sesuatu yang berbeda?” Sora memberanikan diri untuk bertanya ketika dirasanya perasaan Yura sudah stabil.
            Yura tidak menjawab, ia hanya menatap Sora dengan tatapan heran karena gadis itu menebak dengan benar tentang mimpinya yang berbeda dari biasanya. Yura menarik nafas panjang mencoba merileks kan dirinya. Ia akan menceritakan mimpi yang dialaminya selama ini kepada Sora.
            “Selama ini, aku selalu bermimpi tentang kematian ibuku. Aku melihat ibuku dibunuh tapi aku tidak bisa mengingat siapa pembunuhnya. Tapi dua hari ini aku mengalami mimpi yang berbeda. Tidak tidak, aku masih bermimpi tentang kematian ibuku tapi setelahnya aku bermimpi sesuatu yang lain.” Jelas Yura panjang lebar.
            Sora hanya diam mendengarkan penjelasan dari Yura. Ia mencoba memahami maksud dari penjelasan Yura. “Lalu, mimpi seperti apa yang lainnya itu?” Sora meminta penjelasan lebih dari Yura.
            “Kemarin malam, aku bermimpi melihat pembunuhan Haneul.” Bisik Yura pelan namun masih dapat didengar oleh Sora.
            “Benarkah? Seperti apa pembunuhan Haneul dimimpi mu itu?” Sora terlihat antusias dengan mimpi yang dialami sahabatnya itu.
            “Aku melihat ia dipukul dengan balok kayu.” Yura mulai bercerita dengan tatapan mata yang menerawang ke langit-langit kamar seolah kembali membayangkan mimpi yang pernah dialaminya itu. “Seseorang membaringkan tubuh Haneul keatas ranjang dan orang itu membedah dada Haneul. Setelah itu ia mengambil beberapa organ tubuhnya dan menjahitnya. Ia sangat cekatan dan terampil dalam membedah bahkan menjahit dengan rapi.”
            Sora bergidik ngeri mendegar penjelasan Yura. Bukan karena kesadisan ceitanya tapi Sora merinding karena mimpi Yura sangat tepat dengan kejadian yang sebenarnya. Mulai dari dipukulnya Haneul dengan balok kayu, tubuh Haneul yang dijahit dan hilangnya sebagian organ tubuhnya. Setidaknya itu informasi yang ia dapat tentang kematian Haneul dan semuanya sama persis dengan mimpi Yura.
            TAP TAP TAP
            Terdengar suara derap langkah beberapa orang diluar kamar. Yura dan Sora saling berpandangan mendengar kegaduhan yang berasal dari luar kamar mereka. Sora berjalan menuju pintu dan mengintip dari celah-celah pintu. Dilihatnya teman-teman yang tinggal dikamar satu blok dengan mereka berlarian menuju ke lantai bawah. Sora yang penasaran segera membuka pintu kamarnya.
            “Apa terjadi sesuatu?” Sora mencegah salah satu gadis yang kebetulan melintas didepan kamarnya.
            “Entahlah, sepertinya ada korban lagi.” Jawab gadis itu lalu pergi menyusul teman-temannya.
            Yura dan Sora membelalakkan matanya tak percaya begitu mereka melihat sosok Lee Taemin tergeletak tak bernyawa di depan gedung kesehatan. Diduga Taemin jatuh dari balkon yang terletak di lantai tujuh yang menjadi kamar rawatnya.
            Sora menoleh kearah Yura begitu ia merasakan cengkeraman tangan gadis itu. tubuh Yura bergetar hebat, sepertinya ia ketakutan melihat mayat Taemin. Tapi sebenarnya bukan mayat Taemin yang membuatnya ketakutan setengah mati, melainkan karena mimpinya yang benar-benar menjadi kenyataan untuk yang kedua kalinya.
            “Yura!” Panggil Sora ketika dilihatnya Yura telah berlari meninggalkannya.

~~~ ~~~ ~~~

            Jinki sedang merapikan barang-barang Taemin. Barang Taemin tidak begitu banyak, namun butuh waktu lama bagi Jinki untuk merapikannya karena setiap ia menyentuh barang milik Taemin maka ia akan terkenang dengan teman sekamarnya itu. jinki memasukkan buku-buku Taemin kedalam kardus ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah buku harian berwarna kuning terselip diantara buku-buku pelajaran Taemin.
            Jinki membuka buku harian tersebut, didalamnya tidak ada sesuatu yang penting. Hanya kisah Taemin tentang teman dan Dosennya dikampus. Jinki membuka halaman demi halaman, ia tidak benar-benar membacanya kecuali ia melihat sesuatu yang menarik disana. Jinki berhenti pada sebuah halaman yang tepatnya adalah halaman terakhir yang diisi oleh Taemin. Kemungkinan ia mengisinya beberapa hari yang lalu sebelum kematiannya.

Dia Iblis!!
Iblis berwajah malaikat.

            Jinki mengerutkan keningnya membaca sepenggal tulisan Taemin dalam buku hariannya. Dua baris tulisan yang membuat Jinki penasaran. Namun Jinki tidak terlalu memikirkannya, ia membaca lanjutan dari tulisan Taemin.

Aku ingin pergi dari sini!!
Sungguh aku ingin hidup dengan tenang.

            Jinki tersenyum miris membaca kalimat terakhir Taemin. Taemin ingin pergi dan hidup dengan tenang. Kini pemuda itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Pergi dan hidup dengan tenang. Tapi Jinki tidak yakin Taemin akan tenang disana jika pelaku pembunuhan itu masih hidup dan berkeliaran. Karena bagaimanapun juga Jinki yakin kalau kematian Taemin berhubungan dengan kematian Haneul. Paling tidak pembunuhnya pastilah orang yang sama meski polisi telah menyatakan kalau Taemin tewas karena bunuh diri.
            Jinki duduk diruangan Rektor. Ia telah menyampaikan permintaannya terkait dengan kasus yang terjadi di asrama dan kampus. Ia meminta Rektor untuk menyelidiki penyebab kematian Taemin. Dan ia juga meminta agar polisi tetap mencari tau siapa pelaku sebenarnya karena ternyata Nara terbukti tidak bersalah atas kematian Haneul.
            “Baiklah, aku akan meminta Prof.Choi untuk meneruskannya ke pihak kepolisian karena aku akan mengurus media yang terus mendesak meminta penjelasan.” Ujar pria dihadapan Jinki yang menjabat sebagai Rektor di Konkuk University.
TBC

No comments:

Post a Comment