Title
: Remember
Author
: Nysa
Main
Cast : Kim Young Yua (imaginary
cast), Kim Jonghyun SHINee
Support Cast :
Choi Minho SHINee
Length
: Oneshoot
Genre
: Romance, Friendship, Life
Rating
: General
A.N
: FF ini ide nya asli dari pengalamanku dengan ditambah banyak
karangan. Kalau terdapat kesamaan atau kemiripan, itu hanya kebetulan
semata karena disini tidak ada unsur kesengajaan. Dan di FF ini, aku
mencoba merubah
gaya tulisanku. Aku harap kalian bisa memberi pendapat kalian supaya aku
bisa
lebih baik lagi. Terakhir, jangan lupa RCL and DON’T BE SILENT READER!!
REMEMBER
Yua POV
Hujan turun rintik-rintik namun tidak begitu deras. Meskipun demikian, jika aku
pulang dengan berjalan kaki tubuhku sudah pasti akan basah kuyup jika tidak
mengenakan payung. Aku berdiri dipinggir jalan sambil mengenakan map plastik
untuk menutupi kepalaku agar tidak terkena hujan. Aku sedang menunggu taksi
namun taksi yang lewat sedari tadi tidak ada yang kosong.
“Andai saja aku membawa payung, aku sudah bisa pulang dengan berjalan kaki“
sesalku pada siri sendiri.
Tiba-tiba hujan yang semula hanya rintik-rintik kini menjadi semakin deras,
akupun segera berlari-lari kecil menuju sebuah halte bis yang tak jauh dari
tempatku berdiri tadi. Namun sayang halte bis tersebut sudah penuh sesak dengan
orang-orang yang sedang berteduh dari hujan, terpaksa aku berdiri merapat ketiang
halte namun tetap saja masih terkena hujan.
Sesaat kemudian, hujan tak lagi membasahi tubuhku. Aku melihat keatas, ternyata
sebuah payung menaungiku. Aku menoleh kesamping dan kutemukan seorang namja
berdiri disampingku sambil memegang payung tersebut.
“Gomawo“ hanya kata itu yang dapat aku ucapkan. Entah mengapa aku merasa
canggung dengan keadaan yang seperti ini. Namja itu menoleh dan tersenyum manis
kepadaku. Senyuman manisnya itu mampu menghipnotisku untuk sesaat.
“Kau pulang kearah mana?“ tanya-nya kemudian.
“Apujeong“ jawabku singkat.
“Kita satu arah, mari kuantar“ ajaknya seraya melangkahkan kakinya. Akupun
segera mensejajarkan langkahku. Sepanjang perjalanan tak satupun dari kami yang
berbicara, hingga pada akhirnya kami sudah sampai di persimpangan.
“sampai disini saja“ suaraku menghentikan langkahnya. Dia melihat kearahku
dengan wajah yang seolah mengatakan –mengapa-berhenti-disini?
“rumahku yang diujung sana“ ucapku seraya menunjuk kesebuah rumah yang berada
paling ujung. Dia mengikuti arah telunjuk ku dan menganggukkan kepalanya tanda
mengerti.
“baiklah kita berpisah disini karena aku akan berbelok ke kanan“ ucapnya kemudian.
“nae, gomawo atas tumpangannya“ jawabku seraya membungkukkan badan. “annyeong”
ucapku kemudian sambil berjalan pulang.
&&&&&
Hari ini aku pulang cepat karena aku akan mampir kerumah teman lamaku.
Buru-buru aku keluar dari gerbang kampus dan berjalan untuk mencari taksi. Tapi
tiba-tiba hujan turun tanpa ada mendung sebelumnya.
“yaah …. hujan…“ aku memandang langit dengan perasaan kecewa. Aku merogoh tas
ranselku mencari-cari payung. Namun ternyata lagi-lagi aku meninggalkan benda
tersebut.
“tidak membawa payung?“ tiba-tiba seorang namja telah disampingku seraya
memayungiku.
“eeeh…??? Nae, gomawo“ jawabku sambil menggaruk kepalaku yang sama sekali tidak
gatal.
Namja ini adalah namja yang sama dengan waktu itu. Entah takdir atau apa kami
bertemu lagi dengan keadaan yang sama. Aku kehujanan dan lupa membawa payung,
lalu ia datang memberikan tumpangan payung kepadaku.
Hujan semakin deras, percikan air mengenai sepatu juga celana ku. Bahkan sampai
seperempat skinny jeans ku basah terkena percikan air
hujan. Aku mulai kedinginan dan menarik sweater ku rapat-rapat. Tapi tetap saja
itu tidak terlalu membantu. Tiba-tiba sebuah tangan berada dipundakku. Aku menoleh
kesamping dan ternyata namja itu merangkulku.
“begini lebih baik. Sedikit lebih hangat kan?“ ucapnya seraya tersenyum. Aku
memandangnya dengan takjub. Karena aku baru sadar betapa tampannya pemuda ini.
Ini kali pertama aku benar-benar memperhatikan wajahnya. Padahal sebelumnya
kami sudah pernah bertemu.
“sudah sampai, kita berpisah disini“ ucapannya membuyarkan lamunanku.
“ah, nae. Gomawo untuk tumpangannya. Annyeon “ jawabku sembari melambaikan
tangan dan segera berlari-lari kecil menuju rumahku. Sementara dia berbelok
kearah yang berlawanan.
&&&&&&
Sudah tiga hari hujan tidak turun, tentu saja aku merasa senang karena
aktifitasku tidak terganggu. Tapi disisi lain, sudah tiga hari juga aku tidak
bertemu dengan namja pembawa payung itu lagi. Apa mungkin ia muncul hanya
ketika hujan turun? Jika ya, maka aku berharap hujan turun sekarang juga. Eh?
Apa yang baru saja aku pinta? Menginginkan hujan turun agar namja pembawa
payung itu muncul. Bukankah itu belum tentu? Bisa saja beberapa hari yang lalu
itu hanya kebetulan. Molla, tapi sepertinya aku memang sedang merindukan-nya.
Namja pembawa payung yang aku tidak tahu siapa namanya.
Aku melangkahkan kaki keluar dari gerbang kampus, hal pertama yang aku lakukan
adalah menatap langit yang ternyata sangat cerah. Raut wajahku berubah kecewa
sketika melihat langit yang cerah. Aku menapakkan kaki ku dengan perlahan
menyusuri trotoar sambil terus berdo’a dan berharap agar hujan segera turun.
“Zzzshhh…” tiba-tiba air mengguyur tubuhku. Seketika itu aku mendongak dan
menengadahkan wajahku kelangit. Seulas senyuman terkembang diwajahku. Aku
sungguh berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengabulkan do’a ku.
“Lupa membawa payung lagi huh?“ terdengar suara yang sangat familiar
ditelingaku. Aku menoleh ke asal suara dan menemukan namja pembawa payung itu
sudah berdiri disampingku. Tapi kali ini ia datang tanpa membawa payungnya. Aku
hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. Lalu ia meraih tanganku dan
menarikku menuju halte. Dan kini kami sedang berteduh disebuah halte tempat
pertama kali kami bertemu.
“Sepertinya hujan tidak akan reda.“ suaranya memecah keheningan diantara kami.
“Aneh, padahal tadi cuaca sangat cerah.“ ucapku menimpali.
“Kau pernah bermain hujan?“ tanya-nya sembari menatap mataku. Aku menggeleng untuk
menjawab pertanyaan-nya. “Apa kau ingin tahu bagaimana rasanya bermain hujan?“
tanya-nya lagi dengan antusias. Dan aku mengangguk penuh semangat. Tanpa
meminta persetujuanku, ia meraih tanganku dan menarik ku keluar dari halte. Ia
mengajakku berlari-lari ditengah hujan hingga akhirnya kami sampai
dipersimpangan.
“Bagaimana perasaanmu?“ tanya namja itu dengan sedikit berteriak berusaha
menandingi suara hujan.
“ Sungguh menyenangkan. “ jawabku dengan senyuman yang terkembang.
Setelah bermain hujan dengan namja pembawa payung itu esoknya aku terserang flu
dan demam sehingga mengharuskanku untuk beristirahat dirumah. Tidak begitu lama
aku mendekam dirumah, hanya dua hari. Namun dua hari terasa dua minggu bagiku.
Apalagi karena selama dua hari itu hujan turun terus menerus tanpa henti. Entah
mengapa aku merasa yakin kalau namja pembawa payung itu pasti akan muncul.
Namun apa dayaku karena aku bahkan tidak keluar kamar selama dua hari itu.
&&&&&
Enam bulan sudah berlalu, dan selama enam bulan ini juga aku tidak pernah
bertemu lagi dengan namja pembawa payung. Bahkan ketika hujan turun aku
terus-terusan menunggu-nya di halte tapi ia benar-benar tidak pernah muncul
lagi.
Hari ini sepulang dari kampus aku mampir kesebuah market
yang tak jauh dari kampusku. Aku masuk dan mengambil sebuah majalah. Setelah
membayar majalah itu dikasir, aku keluar dari market dan
berjalan menuju halte. Bukan untuk menunggu Bis, tapi ini sudah menjadi
kebiasaanku selama enam bulan ini. Duduk di halte selama dua jam baru setelah
itu aku pulang kerumah.
Aku duduk disebuah kursi sambil membaca artikel yang terdapat dihalaman depan
majalah. Mataku terbelalak tak percaya mendapati foto namja pembawa payung ada
disana. Aku mulai membaca dengan teliti artikel dibawahnya. Ternyata namja
pembawa payung itu adalah member dari sebuah Boyband baru yang akan debut bulan
ini. Aku melirik biodata dari Boyband tersebut dan menemukan nama management
yang menaunginya.
“SM Entertaiment “ gumamku lirih. Bergegas aku melesat menuju gedung SM yang
letaknya tak jauh dari rumahku. Ya, karena rumahku berada dikawasan yang sama
dengan gedung SM. Aku berlari sekuat tenaga sehingga tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk sampai disana.
“Hhh…hhh..“ aku membungkukkan badanku dan meletakkan kedua telapak tanganku di
lututku sambil terus mengatur nafasku yang tersengal-sengal. Lalu aku memandang
gedung SM dan tampak disana sebuah poster besar yang sepertinya baru dipasang
karena tadi pagi ketika akan kekampus aku tidak melihat ada poster itu didepan
gedung.
NEW BOYBAND “ SHINee “
Seperti itulah tulisan yang terpasang diposter tersebut. Aku memperhatikan
poster tersebut dengan seksama dan mataku tertuju pada gambar seorang namja
yang berada di paling tengah.
“Kim Jonghyun“ aku membaca nama yang tertera dibawahnya. Ternyata nama namja
itu adalah Jonghyun. Seulas senyum terkembang diwajahku. Paling tidak sekarang
aku sudah mengetahui siapa namanya.
“Apa kau masih mengingatku Jonghyun?“
Yua POV end
&&&&&
Seorang pemuda sedang duduk disebuah kursi ditepian jendela gedung. Ia duduk
sambil mendengarkan lagu dari MP3 Player yang terpasang
ditelinga-nya. Ia mengetukkan jari telunjuknya ke meja yang berada didepannya
mengikuti beat dari lagu tersebut. Matanya terpejam dan
kepalanya mengangguk-angguk pelan menikmati alunan music yang didengarnya.
“Hyung! Waktunya latihan“ sebuah suara bass memecah konsentrasi nya
mendengarkan lagu. Ia membuka matanya dan mendapati seorang namja jangkung
tengah berdiri dihadapannya.
“Ah, nae.” jawabnya menganggapi ucapan namja itu lalu segera mematikan MP3
Player nya dan melepas Headset yang bertengger ditelinganya. Kemudian ia
beranjak dari kursi yang sedari tadi diduduki nya itu. namun matanya menangkap
sosok gadis yang tengah berdiri dibawah gedung tempatnya berada. Merasa
penasaran dengan gadis tersebut, iapun membuka jendela gedung dan menjulurkan
kepalanya untuk melihat gadis tersebut dengan seksama.
“Jonghyun Hyung! Palliwa!“ panggil namja bersuara Bass itu lagi.
“Nae Minho, aku kesana!“ jawab namja yang ternyata bernama Jonghyun itu sembari
buru-buru menutup jendela gedung dan berlari kecil menyusul teman-temannya yang
sudah berkumpul ditengah ruangan untuk memulai latihan.
EPILOG
Jonghyun sedang berjalan keluar dari gedung SM dengan menggunakan penyamaran
tentunya karena ia tak mau menciptakan keributan jika nanti shawol atau
blingers melihatnya. Sesekali ia merapikan letak kacamata hitamnya yang agak
bergeser sedikit. Ia berdiri di tepi jalan hendak mencari taksi. Matanya
menyapu pemandangan yang ada didepannya dan menangkap sosok gadis yang tengah
duduk dihalte tersebut.
“Yua! Mau sampai kapan kau disitu! Ayo pulang, atau Umma mua akan memotong uang
bulananmu.“ teriak seorang gadis lain yang kemudian menarik tangan gadis yang
duduk di halte tersebut.
“siapa yang mengizinkanmu memanggilku Yua? Panggil aku Young Yua!"
protes gadis yang dipanggil Yua itu.
“Young Yua, itukah nama mu?“ gumam Jonghyun sembari tersenyum tipis.
THE END
ceritanya bagus^^
ReplyDeletehanya saja, aku penasaran sama akhirnya itu
setelah Jonghyun bilang “Young Yua, itukah nama mu?“
apa yang terjadi selanjutnya??
mereka bakal jadian ata nggak??