Title : Family Game — Game 2
Author : Nysa
Main
Cast : Lee Jimi, Choi Minho, Lee
Jinki
Support
Cast : Kim Yongsoo (father), Park
Eunjoon (mother), Song Eunmi (grand mother)
Length : Sequel
Genre : Humor, Family
Rating : General
Summary : 6
orang asing akan tinggal satu atap
sebagai sebuah keluarga.
FAMILY GAME —
Game 2
Jimi
POV
“YA!
JIMI! JANGAN DILEPASKAN PEGANGANNYA!” jinki oppa berteriak keras. Badannya
mulai oleng.
“BRAKKKK!!”
“mianhe. Oppa tidak apa-apa?”
“ne, aku baik-baik saja. Bagaimana
denganmu?” ucap jinki oppa. Suaranya sangat dekat sekali. Tapi aku tidak dapat
melihat apa-apa. Disini begitu gelap.
“klik. Batttss…” tiba-tiba semuanya
menjadi terang. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas. Jinki oppa ternyata ada
didepanku. Sedangkan aku, terbaring dilantai. Tangan jinki oppa berada tepat
disebelah kanan dan kiriku. Jarak kami sangat dekat dan hanya terpaut beberapa
senti. Aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan sangat jelas. Minam. Omo
apa yang aku fikirkan? Dia kan oppa ku. Perlahan-lahan wajah jinki oppa semakin
mendekat. Apa yang harus aku lakukan? Mau apa dia? Andwae….
“Kalian sedang apa??”
“HUWAAAAAA!!!!” aku berteriak
kencang sekali. Aku sangat terkejut tiba-tiba halmioni sudah ada didepanku.
Padahal tadi aku masih melihat Jinki oppa, tapi kenapa sekarang jadi halmioni
ya?? Segera aku beranjak bangun. Dan ternyata, jinki oppa masih dalam
posisinya. Hanya saja halmioni sudah berada diantara kami. Dan ternyata, appa
dan umma yang mengidupkan lampu.
“dasar pabo!” yang ini aku tahu. Suara minho. Dia
memandangku dengan tatapan menegejek. Ah, aku malu sekali. Pasti aku tampak
sangat konyol saat ini. >,<
^^
Hari
minggu pagi dikediaman keluarga Kim…
Jimi
POV
“Huaaah…” aku menguap berkali-kali.
karena kepikiran banyak hal,aku jadi kurang tidur. Apalagi kejadian kemarin,
masih teringat jelas sekali dikepalaku. Pagi ini hanya aku yang ada dirumah.
Seperti biasa, aku membersihkan rumah. Sedangkan yang lain, pergi semua. Minho
belajar kelompok, jinki oppa katanya ada urusan, umma belum pulang sejak
semalam, appa sedang dinas keluar kota, dan halmioni pagi-pagi sekali sudah
pergi. Katanya ada acara reunian dengan teman-temannya. Hh, kalau sendirian
saja dirumah seperti ini rasanya rumah ini besar juga.
Semua ruangan sudah aku bersihkan,
kecuali kamar Minho. Dia melarang siapapun masuk kekamarnya. Tapi kalau hanya
untuk bersih-bersih sepertinya tidak apa-apa. Baiklah, perlahan-lahan aku
mendekati kamarnya. Sebenarnya aku juga penasaran sih, seperti apa kamar minho.
“kubunuh kalau berani buka!” suara
berat itu menghentikan tanganku yang hendak membuka pintu kamar minho. Aku
hafal sekali itu suara siapa. Perlahan-lahan aku menoleh kebelakang dan benar
saja si pemilik kamar sudah ada dibelakangku.
“eh, minho.. sudah pulang yaa..
begini, aku mau bersih-ber_”
BAMMM!!
Kalimatku terhenti ketika
tangan minho menghentak keras kepintu kamarnya. Kondisi seperti ini
menyulitkanku. Aku tidak bisa kemana-mana. Karena aku terpojok didepan pintu.
Sedangkan minho ada didepanku.
“aku sudah bilang kan? Jangan
melakukan hal-hal yang tidak perlu!!!” ucapnya dengan suara yang kasar dan
tatapan yang tajam.
“i..iyyaa, mian..” aku hanya dapat
menunduk. Kemudian minho masuk kedalam kamarnya.
BLAMM!!
^^
Minho
POV
Aku masuk kedalam kamar dan menutup
pintu dengan keras. Dasar bocah itu, benar-benar lancang! Kalau saja aku tidak
pulang lebih cepat, dia pasti sudah masuk kekamarku. Bagaimanapun juga, bermain
rumah-rumahan kan ada batasnya.
ZRASSSSS…
Suara hujan. Sepertinya
aku punya jemuran diluar. Bergegas aku keluar kamar. Hah? Apa itu?? Aku seperti
melihat gumpalan kain yang lari-lari!
“Minho! Bantu aku!!” suara itu,
berasal dari gumpalan kain. Apa gumpalan kain bisa bicara?
“ya! Minho! Ayo bantu!” kali ini
suara nya lebih keras. Sepertinya aku tahu itu suara siapa.
“kenapa harus aku?” aku pura-pura
cuek.
“kalau kau tidak mau membantuku
mengangkat jemuran, akan aku tinggalkan pakaian dalammu diluar sana! biar basah
kena hujan!” ancamnya.
“baiklah” aku pun mengalah. Daripada
pakaian dalamku basah. (=,=)
^^
Jimi
POV
“fuiiih… selamat!” aku tersenyum
senang karena semua pakaian dapat selamat dari hujan.
“selamat apanya??” minho memandang
seragam sekolahnya yang basah kuyup karena hujan.
“mian..mian… gomawo yaa. Nih pakai
handuk” aku menyodorkan handuk kepadanya. Tapi, ia menepis handuk itu. Anak ini
benar-benar deh. Aku memungut handuk yang jatuh kelantai dan mengusap rambut
minho yang basah.
“ah, kau tidak boleh begitu. Harus
dikeringkan atau nanti kau masuk angin” aku tersenyum kecil. Tumben sekali dia
tidak membantah.
BATSS
Tiba-tiba ia menyibak handuk
yang kupakaikan dan tentu saja itu membuatku kaget. Akupun jatuh terduduk.
“SUDAH CUKUP BELUM?? KAU ITU
BENAR-BENAR MENYEBALKAN!!” minho berteriak keras sekali. Telingaku sampai berdengung
dibuatnya. Tapi kenapa? Bukankah barusan dia baik-baik saja?
“minho?” aku berusaha memegang
keningnya. Mungkin saja dia demam. Makanya dia marah-marah seperti itu.
“baiklah, kuikuti kemauanmu bermain
rumah-rumahan” ucapnya seraya menarik tanganku.
“sebagai gantinya, kau harus
mendengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan, kau bisa kan
“noona”?” kini
ia sudah berada tepat didepanku. Jarak kami hanya terpaut beberapa senti. Omo~~
bagaimana mungkin aku mengalami hal yang serupa sebanyak dua kali?
“minho? Apa yang?..” ia mendekatkan
wajahnya kearahku.
“ajak aku juga dong bermain
rumah-rumahan!” tiba-tiba jinki oppa sudah ada didekat kami. “wah, sudah
selesai rupanya?” ia berjalan mendekati kami. Dan minho, ia berdiri. Untunglah
jinki oppa datang tepat pada waktunya.
“aku kan bukan kalian, mana mungkin
aku serius!” jawab minho ketus.
“sayang sekali, padahal seru juga
kalau kita benar-benar menjadi keluarga. Walaupun hanya permainan” jawab jinki
oppa dengan tenang.
“BIKIN PERASAAN TIDAK ENAK SAJA!
SELALU BILANG KELUARGA KELUARGA! KALIAN ITU SAMA SAJA KAN? PADA AKHIRNYA YANG
KALIAN INCAR UANG SERATUS JUTA!!!” kali ini minho berteriak.
“memang apa jeleknya?” Tanya jinki
oppa dengan tatapan serius. Jujur saja, baru kali ini aku melihat jinki oppa
seserius ini. Aku jadi tidak enak. Kenapa semuanya jadi begini?
"tidak ada. Aku hanya ingin membuat
dia mengerti. Itu saja” kali ini minho menurunkan nada bicaranya. Mungkin ia
sedikit segan dengan jinki oppa yang tiba-tiba bicara dengan serius seperti tadi.
‘aku tidak peduli sekeras apapun usahanya menyatukan kita. Bagaimanapun juga,
kita ini orang asing yang tidak saling mengenal. Jadi tidak mungkin akan bisa
jadi keluarga” ucap minho dengan
menekankan kata keluarga.
“so, soal itu kan..” aku mengigit bibir
bawahku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Eh, mau apa dia? Kulihat minho
melepas kancing bajunya. Andwae, apa dia sudah gila?
“akan aku perlihatkan, seperti apa
keluarga yang selalu kalian dengung-dengungkan itu” ucapnya dengan tatapan
sedih, marah, kecewa, semuanya bercampur jadi satu. Dan.. ya tuhan.. aku
menutup mulutku. Sementara mataku terbelalak tak percaya dengan apa yang aku
lihat. Dibalik baju yang ia kenakan itu ternyata menyimpan banyak luka. Ya,
hampir diseluruh tubuh minho penuh dengan luka. Pantas saja dia selalu
menggunakan pakaian yang tertutup *lengan panjang*
“ayahku yang sudah mati itu setiap
hari selalu mabuk dan memukuliku. Ini bekas yang ditinggalkannya. Bahkan
keluarga kandungku saja tidak bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya.lalu, apa
yang bisa aku harapkan dari keluarga bohongan macam ini??” kali ini ia berkata
dengan nada lirih dan sendu. Aku bisa merasakan nya. Perasaan sedih yang begitu
mendalam. Kupikir, dia orang yang tak punya perasaan. Tak kusangka, ia jadi
seperti itu karena ia pernah mengalami hal buruk dimasa lalu.
“lagi pula aku ikut permainan ini
hanya karena ingin uang seratus juta itu. Bukannya untuk main rumah-rumahan
bersama kalian. Ak..aku..aku..” minho tampak sedikit ragu melanjutkan
kalimatnya.
“aku.. sudah..”
Oh tidak, jangan-jangan.. aku jadi
teringat perkataan Tuan Raein. Jika salah satu anggota keluarga keluar dari
permainan. Maka permainan akan selesai.
“aku..sudah tidak bisa lbih dari
ini” akhirnya apa yang aku takutkan terjadi. Minho, mengucapkannya juga.
“SIIING” suasana mendadak sepi.
Sedikit banyak, aku merasa bersalah. Bagaimanapun juga aku yang selalu membuat
mood minho jadi jelek. Sedangkan minho, ia tampak sudah yakin dengan
keputusannya. Dan jinki oppa, ia seperti memikirkan sesuatu.
“hei! Hari ini aku menang lhoo!”
suasana hening terpecah oleh umma yang pulang dengan wajah sumringah.
“ng? ada apa?” Tanya umma bingung
melihat kami yang hening ini.
^^
Author
POV
Begitulah, minho menyatakan dirinya
ingin keluar, lalu Tuan Raein datang. Dan minho pun menyatakan pengunduran
dirinya secara resmi kepada Tuan Raein. Dengan demikian, maka berakhir lah
permainan ini.
“begitu ya..” ucap appa setelah
mendengar penjelasan dari Tuan Raein.
“lagi pula pada akhirnya akan jadi
begini juga” jawab umma dengan rokok dimulutnya. Jinki dan halmioni tidak
berkata apa-apa. Dan Jimi, ia tampak paling sedih dan terpukul dengan
berakhirnya permainan ini. Tapi semuanya sudah terjadi, maka permainan pun selesai.
GAME OVER
^^
TBC
Maaf kacau banget dan gak rapi, ini dari word dipindah ke blog kok jadi ancur ^^v
No comments:
Post a Comment