Friday, June 14, 2013

FF SHINee: Family Game - Game 2



Title                 : Family Game — Game 2
Author             : Nysa
Main Cast        : Lee Jimi, Choi Minho, Lee Jinki
Support Cast   : Kim Yongsoo (father), Park Eunjoon (mother), Song Eunmi (grand mother)
Length             : Sequel                                                                                   
Genre              : Humor, Family
Rating             : General
Summary         : 6 orang asing akan tinggal satu atap sebagai sebuah keluarga.

FAMILY GAME — Game 2

Jimi POV

       “YA! JIMI! JANGAN DILEPASKAN PEGANGANNYA!” jinki oppa berteriak keras. Badannya mulai oleng.

       “BRAKKKK!!”
      
       “mianhe. Oppa tidak apa-apa?” 
     
      “ne, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” ucap jinki oppa. Suaranya sangat dekat sekali. Tapi aku tidak dapat melihat apa-apa. Disini begitu gelap.
     
      “klik. Batttss…” tiba-tiba semuanya menjadi terang. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas. Jinki oppa ternyata ada didepanku. Sedangkan aku, terbaring dilantai. Tangan jinki oppa berada tepat disebelah kanan dan kiriku. Jarak kami sangat dekat dan hanya terpaut beberapa senti. Aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan sangat jelas. Minam. Omo apa yang aku fikirkan? Dia kan oppa ku. Perlahan-lahan wajah jinki oppa semakin mendekat. Apa yang harus aku lakukan? Mau apa dia? Andwae….
        
      “Kalian sedang apa??”
      
     “HUWAAAAAA!!!!” aku berteriak kencang sekali. Aku sangat terkejut tiba-tiba halmioni sudah ada didepanku. Padahal tadi aku masih melihat Jinki oppa, tapi kenapa sekarang jadi halmioni ya?? Segera aku beranjak bangun. Dan ternyata, jinki oppa masih dalam posisinya. Hanya saja halmioni sudah berada diantara kami. Dan ternyata, appa dan umma yang mengidupkan lampu.
  
      “dasar pabo!” yang ini aku tahu. Suara minho. Dia memandangku dengan tatapan menegejek. Ah, aku malu sekali. Pasti aku tampak sangat konyol saat ini. >,<
^^

Hari minggu pagi dikediaman keluarga Kim…

Jimi POV
           
     “Huaaah…” aku menguap berkali-kali. karena kepikiran banyak hal,aku jadi kurang tidur. Apalagi kejadian kemarin, masih teringat jelas sekali dikepalaku. Pagi ini hanya aku yang ada dirumah. Seperti biasa, aku membersihkan rumah. Sedangkan yang lain, pergi semua. Minho belajar kelompok, jinki oppa katanya ada urusan, umma belum pulang sejak semalam, appa sedang dinas keluar kota, dan halmioni pagi-pagi sekali sudah pergi. Katanya ada acara reunian dengan teman-temannya. Hh, kalau sendirian saja dirumah seperti ini rasanya rumah ini besar juga.
   
   Semua ruangan sudah aku bersihkan, kecuali kamar Minho. Dia melarang siapapun masuk kekamarnya. Tapi kalau hanya untuk bersih-bersih sepertinya tidak apa-apa. Baiklah, perlahan-lahan aku mendekati kamarnya. Sebenarnya aku juga penasaran sih, seperti apa kamar minho.
            
   “kubunuh kalau berani buka!” suara berat itu menghentikan tanganku yang hendak membuka pintu kamar minho. Aku hafal sekali itu suara siapa. Perlahan-lahan aku menoleh kebelakang dan benar saja si pemilik kamar sudah ada dibelakangku.
  
    “eh, minho.. sudah pulang yaa.. begini, aku mau bersih-ber_”
   
   BAMMM!!

Kalimatku terhenti ketika tangan minho menghentak keras kepintu kamarnya. Kondisi seperti ini menyulitkanku. Aku tidak bisa kemana-mana. Karena aku terpojok didepan pintu. Sedangkan minho ada didepanku.
   
     “aku sudah bilang kan? Jangan melakukan hal-hal yang tidak perlu!!!” ucapnya dengan suara yang kasar dan tatapan yang tajam.
     
      “i..iyyaa, mian..” aku hanya dapat menunduk. Kemudian minho masuk kedalam kamarnya.
     
       BLAMM!!
^^ 

Minho POV

     Aku masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan keras. Dasar bocah itu, benar-benar lancang! Kalau saja aku tidak pulang lebih cepat, dia pasti sudah masuk kekamarku. Bagaimanapun juga, bermain rumah-rumahan kan ada batasnya.

        ZRASSSSS…

Suara hujan. Sepertinya aku punya jemuran diluar. Bergegas aku keluar kamar. Hah? Apa itu?? Aku seperti melihat gumpalan kain yang lari-lari!

       “Minho! Bantu aku!!” suara itu, berasal dari gumpalan kain. Apa gumpalan kain bisa bicara?
      
      “ya! Minho! Ayo bantu!” kali ini suara nya lebih keras. Sepertinya aku tahu itu suara siapa.
      
      “kenapa harus aku?” aku pura-pura cuek.

     “kalau kau tidak mau membantuku mengangkat jemuran, akan aku tinggalkan pakaian dalammu diluar sana! biar basah kena hujan!” ancamnya.

       “baiklah” aku pun mengalah. Daripada pakaian dalamku basah. (=,=)
^^

Jimi POV

            “fuiiih… selamat!” aku tersenyum senang karena semua pakaian dapat selamat dari hujan.

            “selamat apanya??” minho memandang seragam sekolahnya yang basah kuyup karena hujan.

            “mian..mian… gomawo yaa. Nih pakai handuk” aku menyodorkan handuk kepadanya. Tapi, ia menepis handuk itu. Anak ini benar-benar deh. Aku memungut handuk yang jatuh kelantai dan mengusap rambut minho yang basah.

            “ah, kau tidak boleh begitu. Harus dikeringkan atau nanti kau masuk angin” aku tersenyum kecil. Tumben sekali dia tidak membantah.

            BATSS

Tiba-tiba ia menyibak handuk yang kupakaikan dan tentu saja itu membuatku kaget. Akupun jatuh terduduk.

      “SUDAH CUKUP BELUM?? KAU ITU BENAR-BENAR MENYEBALKAN!!” minho berteriak keras sekali. Telingaku sampai berdengung dibuatnya. Tapi kenapa? Bukankah barusan dia baik-baik saja?
        
    “minho?” aku berusaha memegang keningnya. Mungkin saja dia demam. Makanya dia marah-marah seperti itu.
        
         “baiklah, kuikuti kemauanmu bermain rumah-rumahan” ucapnya seraya menarik tanganku. 

        “sebagai gantinya, kau harus mendengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan, kau bisa kan 

      “noona”?” kini ia sudah berada tepat didepanku. Jarak kami hanya terpaut beberapa senti. Omo~~ bagaimana mungkin aku mengalami hal yang serupa sebanyak dua kali?
      
          “minho? Apa yang?..” ia mendekatkan wajahnya kearahku.
     
       “ajak aku juga dong bermain rumah-rumahan!” tiba-tiba jinki oppa sudah ada didekat kami. “wah, sudah selesai rupanya?” ia berjalan mendekati kami. Dan minho, ia berdiri. Untunglah jinki oppa datang tepat pada waktunya.

         “aku kan bukan kalian, mana mungkin aku serius!” jawab minho ketus.
  
      “sayang sekali, padahal seru juga kalau kita benar-benar menjadi keluarga. Walaupun hanya permainan” jawab jinki oppa dengan tenang.

          “BIKIN PERASAAN TIDAK ENAK SAJA! SELALU BILANG KELUARGA KELUARGA! KALIAN ITU SAMA SAJA KAN? PADA AKHIRNYA YANG KALIAN INCAR UANG SERATUS JUTA!!!” kali ini minho berteriak.
      
      “memang apa jeleknya?” Tanya jinki oppa dengan tatapan serius. Jujur saja, baru kali ini aku melihat jinki oppa seserius ini. Aku jadi tidak enak. Kenapa semuanya jadi begini?
      
      "tidak ada. Aku hanya ingin membuat dia mengerti. Itu saja” kali ini minho menurunkan nada bicaranya. Mungkin ia sedikit segan dengan jinki oppa yang tiba-tiba bicara dengan serius seperti tadi. ‘aku tidak peduli sekeras apapun usahanya menyatukan kita. Bagaimanapun juga, kita ini orang asing yang tidak saling mengenal. Jadi tidak mungkin akan bisa jadi keluarga” ucap minho dengan menekankan kata keluarga.
         
       “so, soal itu kan..” aku mengigit bibir bawahku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Eh, mau apa dia? Kulihat minho melepas kancing bajunya. Andwae, apa dia sudah gila?
    
       “akan aku perlihatkan, seperti apa keluarga yang selalu kalian dengung-dengungkan itu” ucapnya dengan tatapan sedih, marah, kecewa, semuanya bercampur jadi satu. Dan.. ya tuhan.. aku menutup mulutku. Sementara mataku terbelalak tak percaya dengan apa yang aku lihat. Dibalik baju yang ia kenakan itu ternyata menyimpan banyak luka. Ya, hampir diseluruh tubuh minho penuh dengan luka. Pantas saja dia selalu menggunakan pakaian yang tertutup *lengan panjang*
      
   “ayahku yang sudah mati itu setiap hari selalu mabuk dan memukuliku. Ini bekas yang ditinggalkannya. Bahkan keluarga kandungku saja tidak bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya.lalu, apa yang bisa aku harapkan dari keluarga bohongan macam ini??” kali ini ia berkata dengan nada lirih dan sendu. Aku bisa merasakan nya. Perasaan sedih yang begitu mendalam. Kupikir, dia orang yang tak punya perasaan. Tak kusangka, ia jadi seperti itu karena ia pernah mengalami hal buruk dimasa lalu.
   
      “lagi pula aku ikut permainan ini hanya karena ingin uang seratus juta itu. Bukannya untuk main rumah-rumahan bersama kalian. Ak..aku..aku..” minho tampak sedikit ragu melanjutkan kalimatnya.
           
     “aku.. sudah..”
   
     Oh tidak, jangan-jangan.. aku jadi teringat perkataan Tuan Raein. Jika salah satu anggota keluarga keluar dari permainan. Maka permainan akan selesai.
   
  “aku..sudah tidak bisa lbih dari ini” akhirnya apa yang aku takutkan terjadi. Minho, mengucapkannya juga.
     
      “SIIING” suasana mendadak sepi. Sedikit banyak, aku merasa bersalah. Bagaimanapun juga aku yang selalu membuat mood minho jadi jelek. Sedangkan minho, ia tampak sudah yakin dengan keputusannya. Dan jinki oppa, ia seperti memikirkan sesuatu.
     
     “hei! Hari ini aku menang lhoo!” suasana hening terpecah oleh umma yang pulang dengan wajah sumringah.
   
      “ng? ada apa?” Tanya umma bingung melihat kami yang hening ini.
^^

Author POV

   Begitulah, minho menyatakan dirinya ingin keluar, lalu Tuan Raein datang. Dan minho pun menyatakan pengunduran dirinya secara resmi kepada Tuan Raein. Dengan demikian, maka berakhir lah permainan ini.

            “begitu ya..” ucap appa setelah mendengar penjelasan dari Tuan Raein.

            “lagi pula pada akhirnya akan jadi begini juga” jawab umma dengan rokok dimulutnya. Jinki dan halmioni tidak berkata apa-apa. Dan Jimi, ia tampak paling sedih dan terpukul dengan berakhirnya permainan ini. Tapi semuanya sudah terjadi, maka permainan pun selesai.

GAME OVER
^^

TBC

Maaf kacau banget dan gak rapi, ini dari word dipindah ke blog kok jadi ancur ^^v



No comments:

Post a Comment