Friday, August 23, 2013

FF SHINee: Family Game — Game 3




Title                 : Family Game — Game 3
Author             : Nysa
Main Cast        : Lee Jimi, Choi Minho, Lee Jinki
Support Cast   : Kim Yongsoo (father), Park Eunjoon (mother), Song Eunmi (grand mother)
Length             : Sequel
Genre              : Humor, Family
Rating             : General
Summary         : 6 orang asing akan tinggal satu atap sebagai sebuah keluarga.

Family Game Game 3

Jimi POV

Aku berjalan menyusuri pinggiran kota seoul. Aku masih bingung mau kemana. Entah mengapa meskipun keadaan dirumah itu tidak begitu menyenangkan tapi begitu berakhir, aku jadi merasa kangen. Aku jadi merasa gagal. Satu-satunya tujuan dalam hidupku kan ingin mempunyai keluarga. Tapi sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jadi sebatang kara.
           
Ah, tidak-tidak. Apa-apaan aku ini? Kenapa jadi cengeng begini? Meskipun aku sebatang kara tapi aku kan masih punya tempat tujuan. Ahjuma dan ahjussi pemilik toko roti tempatku bekerja dulu kan memintaku untuk kembali kesana ketika aku tidak punya tempat untuk kembali. Baiklah, aku akan kesana. Mereka pasti akan kaget melihat kedatanganku. ^,^
           
Aku berdiri di depan toko roti tempatku bekerja dulu. Sebenarnya aku tidak sabar ingin masuk ke dalam, tapi entah mengapa aku menjadi ragu untuk masuk kedalam.
“selamat datang” ucap seorang pelayan di toko roti roti itu ketika ada seorang pelanggan masuk ke dalam toko.
Eunhye tolong bawakan pesanan ini ke meja nomor 9 ya!” aku melihat ahjuma memberikan nampan berisi beberapa potong roti kepada gadis bernama Eunhye itu.
“ah, iya”
“wah, kita tertolong berkat eunhye”

Mendadak kaki ku lemas. Rasanya sudah tidak sanggup berdiri lagi. Ternyata ahjuma dan ahjussi sudah punya pelayan baru. Kalau begitu berarti aku sudah tidak dibutuhkan lagi. Lalu, aku harus kemana?
           
Aku berbalik dan meninggalkan toko roti itu dan berjalan menuju taman, mungkin untuk malam ini aku tidur disini saja. Toh besok pagi-pagi sekali aku bisa mulai mencari kerja.
^^

Jinki POV

Aku berniat mencari apartement untuk disewa. Tapi hari sudah gelap, Apa sebaiknya besok saja ya? Tapi malam ini aku tidur dimana? Aku kan tidak punya tempat tujuan untuk pulang. Eh, bukankah orang itu juga tidak punya tempat tujuan? Aku jadi khawatir. Sebaiknya aku telpon saja dia untuk memastikan.

“yobboseo” jawab suara diseberang.
“yobboseo. Sekarang kau dimana?” tanyaku to the point.
“aku ditaman kota” jawabnya singkat.
“baiklah, kalau begitu jangan kemana-mana. Aku akan segera kesana!”
“klik” aku menutup telpon ku.
^^

Jimi POV

“Jimi!!” seseorang berlari-lari kearahku.
“oppa?? Ah, maksudku jinki.. ada apa?”
“syukurlah, aku khawatir!! Kau kan pernah bilang kalau kau sudah menyelesaikan sewa apartementmu. Jadi kufikir kau pasti sudah tidak punya tempat tujuan untuk pulang”
“hmm.. gomawo opp.. maksudku jinki sudah mengkhawatirkanku”
“panggil saja oppa” jawab jinki dengan senyumnya yang mempesona. “tapi, aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi. Namaku Kim Jinki, alias Lee Jinki. Umur 18 tahun, aku anak sebatang kara yang kesepian dan sedang mencari seorang pacar. Sekian”
           
“kalau begitu aku juga. Namaku Kim Jimi, alias Lee Jimi. umur 15 tahun. Sama-sama sebatang kara. Dulu aku dibuang ditaman”
“jimi” tiba-tiba raut wajah jinki oppa berubah. Mungkin ia merasa tidak enak dengan apa yang aku ucapkan barusan.
“ya, dulu sekali aku sedang bermain ditaman sambil menunggu umma. Waktu tersadar aku sudah dikelilingi polisi. Lalu aku dititipkan dipanti asuhan. Beruntung aku diberi kesempatan untuk bersekolah. Tapi, ada satu hal yang selalu mengganjal difikiranku. Ketika aku pulang sekolah melewati tanjakan aku dapat melihat dengan jelas perumahan dibawahnya. Dan dari sebanyak rumah yang ada dibawah sana.. kenapa tak ada satupun yang menjadi rumahku? Makanya walaupun tawaran family game kedengarannya mencurigakan. Tapi aku tidak bisa menolak karena aku sangat ingin punya keluarga.  Asalkan aku bisa mendapatkannya tidak peduli bagaimanapun caranya. Dibenci olehnya pun tidak apa-apa karena aku.. aku.. ingin punya keluarga..”
“tess..” sebulir cairan bening keluar dari pelupuk mataku. Aku tidak dapat menhan gejolak yang ada dihatiku. Makin  lama air mataku mengalir dengan deras. Dan “grebb” jinki oppa merengkuhku kedalam pelukannya.
^^


Jinki POV
“tess..” air matanya menetes. Ia seperti sedang berusaha melepas beban berat yang selama ini ia pikul. Tak kusangka dibalik sifatnya yang ceria dan pantang menyerah itu ternyata ia memiliki beban yang berat seperti ini. Dan keinginannya ingin memiliki keluarga begitu kuat. Pantas saja ia selalu berusaha menjadi dongsaeng yang baik untukku, noona yang baik untuk minho, menjadi cucu yang perhatian untuk halmioni serta menjadi anak yang berbakti untuk appa dan umma. “grebb” reflex tanganku meraihnya dan merengkuhnya kedalam pelukanku. Aku rasa hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menenangkan perasaannya.

“jimi, maukah kau tinggal bersamaku?” tiba-tiba saja kata-kata itu meluncur dari mulutku.
“eh?” ia mengangkat wajahnya yang sedari tadi terpendam didadaku.
“ah, bukan yang aneh-aneh kok. Maksudku bukan hidup bersama. Tapi hanya tinggal bersama. Lagi pula kita kan sama-sama tidak punya tujuan kan?” aku berusaha meyakinkannya.
“kriuuuuk”  perutku tidak bisa diajak kompromi. Disaat seperti ini malah berbunyi. 
 “ah, mianhe jimi. perutku_”
“mian oppa, tapi sepertinya aku belum menyerah” ujarnya memotong kalimatku dan berlari meninggalkanku sendirian ditaman.
^^

Jimi POV
“mian oppa, tapi sepertinya aku belum menyerah” ucapku seraya berlari meninggalkan jinki oppa senidirian. Aku terus berlari tanpa menhiraukan jinki oppa yang memanggil-manggil namaku. Kali ini aku punya tujuan. Aku merogoh saku rok ku dan mengambil sesuatu dari sana. Sebuah kunci rumah. Ya, ini adalah kunci rumah tempat kami tinggal kemarin. Appa yang memberikannya kepadaku karena aku selalu pulang lebih awal. Tentu saja kunci rumah ini hanya ada dua. Jika yang satunya ada ditanganku, berarti yang satunya lagi ada ditangan peyelenggara acara. Pokoknya aku harus kesana untuk mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara game itu. Aku harap ia ada disana. Aku mengggenggam erat kunci itu.

Sesampainya digerbang rumah, aku melihat ada seberkas cahaya dari dalam rumah. Jika semua penghuni rumah telah angkat kaki. Itu berarti yang ada didalam rumah sekarang adalah sang penyelenggara game yang identitasnya dirahasiakan. Karena yang punya kunci rumah ini hanyalah aku dan penyelenggara game. Aku membuka kunci pintu perlahan dan berjalan kelantai dua yang merupakan sumber cahaya.

“halmioni??” ternyata penyelenggara game itu adalah halmioni. Ya, aku tidak salah lihat. Yang berdiri dihadapanku adalah halmioni. “halmioni penyelenggara game ini?” tanyaku dengan tatapan tak percaya. Begitu juga halmioni, sepertinya ia juga terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini.
          
“jimi? dari mana kau tahu?”
“itu..it..itu..”
“percuma saja aku mengelak ya, benar. Akulah pengelenggara game sekaligus pemilik rumah ini. Sekarang kau sudah tahu kan? Kau boleh meninggalkan kuncinya dan segera pergi dari sini”
“halmioni? Kenapa halmioni melakukan ini?” 
 “untuk menebus kesalahanku dimasa lalu” ucapnya dengan  wajah sendu. “ dulu aku adalah pengelola panti asuhan. Hari-hariku dikelilingi oleh anak yang lucu-lucu. Meskipun panti asuhannya kecil, tapi aku senang. Karena bagiku mereka adalah keluargaku, yang menjadi alasanku untuk tetap hidup. Hingga suatu hari aku pergi keacara reunian. Tapi esoknya ketika aku pulang, tidak ada yang tersisa lagi. Semuanya habis terbakar. Yang tertinggal hanyalah uang yang ada di bank serta kritikan dari masyarakat. Aku..ak..aku.. rasanya ingin mati saja. Aku tidak butuh uang. Aku butuh keluarga”
           
 “halmioni…”
“tapi smuanya sudah selesai. Mian, kalian harus mengikuti keegoisan orang tua seperti aku” kali ini ia tersenyum. Meski aku tahu itu adalah senyum yang dipaksakan.

“mmm, sebenarnya selama ini aku juga menginginkan sebuah keluarga. Makanya, aku berjanji ketika aku bertemu dengan penyelenggara game aku ingin mengucapkan terima kasih. Memang hanya sementara, tapi anda sudah memberikan saya keluarga. Gabsahabnida” ucapku seraya membungkuk.

“he..hee… makanya aku senang sekali ketika tahu peyelenggaranya adalah halmioni” ucapku lagi sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

 “jimi..BUKK” tiba-tiba halmioni terjatuh. Mungkin perasaannya sedang tidak bagus. Atau mungkin dia punya penyakit lemah jangtung? Omoo~~ Segera aku berlari bermaksud menahan halmioni agar tidak jatuh dari tangga. Tapi bukannya menyelamatkan halmioni malah aku yang celaka. Aku tidak hati-hati melangkah. Akibatnya malah aku yang terpeleset dan terguling dari lantai dua.

 “JIMI!!!” tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
^^

TBC


No comments:

Post a Comment